Minggu, 21 September 2008

Sepetik Kesadaran tentang....

Hari itu anomali buatku, ada sebuah rencana tak terduga. Bulan inikan bulan puasa, seperti biasanya aku main ke kampus ISI, silaturahmi ke bagian muslimah sie kerohanian Islamnya,alias di masjid Kalimasada. Aku pikir berbincang dengan mereka sangat menyenangkan. Karakter orangnya macam-macam, ada yang diam saja, ada yang senang berbagi cerita. Suntukku akan keteraturan akan hilang ketika bercengkrama dengan mereka. Tak jarang pula kujumpai mereka dengan dua pakaian yang berebeda dalam waktu yang berbeda,kebanyakan mereka memakai kerudung (meski gaul), tapi ketika akan praktek semisal praktek menari mereka akan melepas kerudung, ironis mereka, dan kerennya mereka berbagi akan hal itu. Sore itu seharusnya ada kajian dan yang mengisi temanku, berhubung mendadak temanku kecelakaan, jadi vakum, tapi mereka tidak mau kalau vakum. Tertunjuklah diriku sebagai pengisi kajian, menggantikan. “ah yang benar saja, ku tak ada persiapan pren,”kataku jujur pada mereka, tapi entah mengapa juga kepercayaan mereka terhadapku tinggi sekali, bak anak kecil yang merajuk pada ibunya. Lalu kukatakan lagi pada mereka,”benar lho, kalau bahasan fikih wanita, pengetahuanku masih dangkal,” dan jawab mereka”ah m, apalgi kita, udah gak apa-apa”. Ya sudah, jadilah itu kajian perdanaku, tanpa persiapan pula. Alhamdulillah dalam ucapan dimudahkan Allah. Bener-bener Allah emang Maha Besar. Ya iyalah.
Kau tahu teman, jika menulis atau menggambar aku masih sanggup, tapi kalau suruh bicara aku masih terbata-bata. Maka hal itu paling aku hindari, aku terlalu takut jika perkataanku terlalu menggurui, sampai aku selalu mengulang pertanyaan pada mereka, “Apakah tadi yang kusampaikan jelas, tak terlalu sulitkan?” “Maaf, gak menyinggungkan?” karena kupaham teman, apa yang akan dan setiap kata yang kusampaikan akan sangat menyinggung mereka atau bertolak belakang dengan apa yang mereka lakukan saat ini. Katakanlah semisal pakaian atau dandanan, mayoritas mereka sungguh seperti wayang. Ataukah mungkin kuliah yang menuntut demikian ?entahlah. Maka etrakhir penjelasanku, aku menekankan kebenaran apa yang kusampaikan, dan kesadarn untuk melaksanakannya, inilah kewajibanku sebagai saudara, mengingatkan. Akhirnya semua terdiam, begitu juga aku. Mencoba me reka makna diam kami. Lalu tak terduga kamipun saling sharing, aku kemukakan pengalamanku pertama kali hijrah memakai jilbab dan kerudung. Asyik deh.

Tidak ada komentar: