Selasa, 02 September 2008

Saat itu tlah tiba

Kukerjapkan mata berkali-kali, hingga perih rasanya, tak jemu kupandangi laju jarum penunjuk waktu. Hampir Isya, ada sebersit rasa rindu, ada seberkas gores luka, luka yang tak kumengerti maknanya. Andai dua rasa itu terjelmakan hitam dan putih, saat ini pastilah hatiku abu-abu, warna yang busa buat jiwa mati, menurutku.
Sebentar lagi Isya, Isya, tertanggal i september esoknya, berarti setelah Isya adalah terawih perdana. Pikiranku kalut, jantungku berdegup tak monoton.Re bentar lagi tarawih, esok dikau pastilah puasa, apalagi dikau tidak haid, kau tak bisa beralasan pada Tuhanmu, hatiku mempermainkan akal yang sedang berdegradasi. Iya aku tahu, siapa yang menyangkal saat ini tiba, sisi pikirku bicara. Lalu khayalpun tiba, memperkelam kesadaran yang ingin putih, pengandaian menjadi mozaik kata yang sukar direka. Andai saat ini masih berbulan-bulan kemudian, atau setahun lagi, atau beberapa hari lagi, kali ini khayal merajuk, menjilat minta posisi legalisasi. Jarum jam tetap melaju, tak mengindahkan kesimpangsiuran akal dan hatiku.
"Ahh..."akhirnya mulutku mendesah, hanya bisa mendesah, masing-masing masih bersitegang dalam perang sunyi dalam diri yang letih, letih merasai diri, letih merajai langkah yang kian tertatih dalam labirin kehidupan.
"Tuhan...."kini mulutku mulai bisa berteriak, berteriak atas kekonyolan diri yang belum mampu memberi warna pada eksistensi. Jarum jam kian berlalu, dari jam menjadi menit kemudian detik. dan................
"Aaaaagggghhh.........."akhirnya teriakku tak tertahan, tubuhku bergunjang hebat, apakah gempa?apakah aku akan mati dalam perubahanku yang terus mengalami degradasi?apakah ini Tuhan jawaban atas kelahiranku ke dunia?tidakkah Kau berikan aku kesempatan lagi untuk menambah citarasaku?Tuhan.....aku...
"Hei....Re kamu itu ngapain nduk,sana cepetan wudhu dah adzan",ucap Ibu sembari terus menggoncang tubuhku yang mulai kaku.


Wualaah Reeeeeeeeeee!!

Tidak ada komentar: